Festival Musik Woodstock Masih Dirindukan Hingga Saat Ini
Festival Musik Woodstock Masih Dirindukan Hingga Saat Ini – Festival musik Woodstock, yang diadakan di sebuah peternakan di Betel, telah melambangkan banyak idealisme tahun 1960-an. Hal ini dilihat oleh banyak orang sebagai tempat kebebasan, narkoba, seks dan r0ck ‘n’ r0ll yang memicu gerakan k0ntra budaya dekade ini.
Festival Musik Woodstock Masih Dirindukan Hingga Saat Ini
Baca Juga : 10 Pertanyaan Singkat Dengan Paul Dan Storm di Festival w00tstock
Buat mencatat balik tahun pertemuan legendaris, kita berdialog dengan sebagian dari mereka yang hadapi pergelaran dengan cara langsung.
Jim Shelley kembali ke rumah di New Jersey” pra- Musim Semi” buat masa panas sehabis tahun pertamanya di universitas di Midwest yang konvensional.
“Anak Katolik kulit putih pinggiran kota” itu mempertanyakan legitimasi Perang Vietnam dan mulai berpikir “arah yang dituju negara itu secara politis salah”.
Dia telah mengembangkan minat dunia musik & cinema French New Wave, dan merasa semakin bertentangan dengan masyarakat arus utama.
“Saya merasa seperti orang luar. Jika Anda seperti saya, orang-orang tidak menyukai Anda. Orang-orang tidak setuju dengan pandangan saya tentang perang,” katanya. “Orang-orang mengira kau kutu buku, atau bodoh, atau aneh.”
Bagi pemain berusia 19 tahun, Woodstock adalah pertama kalinya dia merasa orang lain berbagi pandangan dunianya.
“Saya belum pernah mengalami hal seperti itu sebelumnya,” kenangnya. “Saya ingat memandang sekitar pada kerumunan 0rang seperti saya dan berpikir, ‘Lihat berapa lebih banyak dari kita di sana’.”
Jim menggambarkan Woodstock sebagai “meneguhkan hidup, bukan mengubah hidup”.
“Sikap yang saya miliki sebelum saya pergi ke Woodstock, yang sangat tidak pada tempatnya di rumah, dikonfirmasi ketika saya berada di sana. Woodstock membuat saya sadar bahwa saya benar dan ide-ide saya sah.”
Pengalamannya menguatkan dia dan pacarnya saat itu – sekarang istri – untuk tidak menyesuaikan diri.
” Aku serta istri aku hirau dengan area alhasil kita memakai popok siklus balik kala kanak- kanak kita lahir. Ia merupakan salah satunya perempuan di auditorium melahirkan yang menyusui. Aku merupakan salah satunya laki- laki yang terletak di ruang melahirkan. Kita mau melaksanakan perihal yang berlainan, serta kita melaksanakannya.
“Woodstock tidak mengajari saya cita-cita itu, tetapi itu membuat saya yakin bahwa itu sah.”
‘Merokok rumput dan jerami busuk’
Mengingatkan kembali ke akhir pekan bulan Agustus tahun 1969 itu, Jim mengingat dua aroma yang muncul di benaknya – ganja dan jerami busuk.
“Saya tidak menggunakan narkoba pada saat itu. Saya lurus dan kira saya tidak memiliki kesempatan. Tetapi ada banyak orang yang merokok rumput.
“Tapi saya bukan satu-satunya orang yang tidak merokok. Orang-orang mengira itu semua orang tapi ternyata tidak.”
Hujan deras yang mengguyur lokasi pada hari Jumat telah membasahi tikar dari potongan jerami yang menutupi lapangan. Segera mulai membusuk.
“Bau busuk itu menggantung di udara. Aku ingat itu tidak menyenangkan.”
Dia mengatakan dia lebih menghargai warisan festival sekarang dia lebih tua.
“Saya berusia 19 thn, saya tidak berfikir sebelumnya itu akan memiliki dampak yang bertahan lama di hidup sya. Tapi sekarang saya mengerti itu merupakan simbol pembebasan. Ini merupakan peristiwa simbolis yang lebih luas dan mercusuar kebebasan.”
Patrick C0lucci melukiskan dirinya selaku” seseorang anak muda yang sirna” yang berjuang melawan” angin besar keragu- raguan diri” pada masa panas tahun 1969 itu. Ia berlatih buat jadi seseorang pemimpin, namun mempersoalkan jalannya.
Itu adalah pertemuan kebetulan di bangku taman yang membawanya mengendarai sepeda motor Honda ke Woodstock.
“Seorang gadis muda berteriak kepadaku , dia akan pergi dgn karavan pada sore hari berikutnya, & saya dapat mengikutinta menggunakan sepeda saya jika saya menginginkannya. Keesokan harinya aku menciptakan diri aku terletak di balik karavan mobil dalam ekspedisi ke Bethel, New York.” pertanyakan jalannya.
Masuknya ribuan banyak orang ke pedesaan negeri bagian New York memenuhi jalan- jalan kecil. Patrick terperangkap macet sepanjang berjam- jam.
“Saat itulah gadis itu turun dari mobil di depan dan berjalan mendekat. Dia memiliki rambut panjang yang tergerai, mengenakan celana jins dan bertelanjang kaki. Dia mencatat bahwa saya memiliki sepeda & menyuruh kami menggunak sepeda bersama selama di sisi jalan menuju pertanian. 10 mil (16 km) di depan.”
Patrick dan gadis itu, Maria, menghabiskan akhir pekan bersama.
“Saya segera merasakan belenggu represi seumur hidup terangkat dari pundak saya. Ada perasaan euforia yang luar biasa dan adrenalin kebebasan tak terkendali di udara.
“Itu dalam pikiran saya adalah ketika generasi Woodstock terbang dan untuk pertama kalinya saya merasa memiliki,” katanya.
Patrick dan Maria menikah tak lama setelah festival dan sekarang menjadi kakek-nenek.
Ia berambisi antusias Woodstock bisa” dihidupkan kembali” serta melantamkan pada generasinya buat” berasosiasi dengan kalangan belia” buat menanggulangi isu- isu semacam pergantian hawa.
“Jika Anda seperti saya, lumpur Woodstock masih menempel di antara jari-jari kaki Anda.”
Glenn Weiser adalah seorang siswa sekolah menengah berusia 17 tahun yang belajar gitar klasik pada tahun 1969 – tetapi dia menyukai rock ‘n’ roll.
Glenn dan sekelompok teman “hippie bermata berbintang” pergi ke festival dari New Jersey.
Dia mengakui bahwa meskipun dia mengingat musik dengan jelas, detail lain dari akhir pekan agak kabur karena mereka semua bereksperimen dengan LSD.
” Cinta yang diilhami dengan cara psikedelik yang kelihatannya dipunyai sedemikian itu banyak hippie di Woodstock serta di tempat lain bisa jadi merupakan perihal yang sangat aku rindukan dari akhir 1960- an.”
“Woodstock benar-benar luar biasa seperti yang pernah terjadi. Itu liar dan mulia. Saya meninggalkan akhir pekan itu bersinar. Saya berjalan di udara.”
Sementara dia dikejutkan oleh ukuran “kerumunan yang kuat”, Glenn tidak menyadari dampak festival tersebut.
” Aku hingga di rumah serta orang berumur aku berikan ketahui aku kalau itu merupakan informasi penting,” tuturnya.” Saya tidak ketahui.”
Rambut jauh Glenn serta persoalan mengenai Perang Vietnam merupakan” sangat tidak mengasyikkan” untuk orang tuanya. Tetapi, memandang banyaknya anak belia yang memberi idenya, ia merasa lapang.
“Etos perdamaian dan cinta sangat nyata. Saya benar-benar percaya pada Injil itu.”
‘Kekacauan jorok yang padat’ Sementara pengunjung festival yang kami ajak bicara mengingat Woodstock secara positif, tidak semua orang melihat ke belakang dengan penuh kasih di akhir pekan.
Baca Juga : Festival Musik Austin City Limits Texas
Jurnalis Amerika Hendrik Hertzberg mencatat di thn 1989 bahwa satu-satunya ekstasi sejati yang ditemukan di Woodstock adalah “keluar dari sana”.
Dia ingat melintasi “sungai sepatu bot dan kotoran yang tebal, licin, berwarna coklat”, menghabiskan berjam-jam mengantri untuk toilet dan menghindari orang yang lewat “secara kimiawi disorientasi”.
Sentimen ini digaungkan oleh Mark Hosenball yang menulis artikel pada tahun 2009 berjudul “Saya berada di Woodstock. Dan saya membencinya”.
Alih-alih seorang peserta di pusat surga hippie yang kabur, ia berkaca dirinya merupakan sebagai korban dari “kekacauan besar, padat, jorok [dari] … kemacetan lalu lintas yang luar biasa, hujan lebat, bau john portabel, makanan yang hampir tidak dapat dimakan, dan luas , kerumunan yang tidak terorganisir”.